BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bagasse
atau limbah ampas tebu merupakan limbah
padat sisa penggilingan batang tebu (Sacharum officinarum). Sebagian
besar bagasse dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, namun
selalu ada sisa bagasse yang tidak termanfaatkan yang disebabkan oleh
stok bagasse yang melebihi kebutuhan pembakaran oleh boiler pabrik.
Bagasse tebu saat ini belum banyak dimanfaatkan. Potensi bagasse di
Indonesia menurut Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) tahun 2008
cukup besar dengan komposisi rata-rata hasil samping industri gula di Indonesia
terdiri dari limbah cair 52,9 persen, blotong 3,5 persen, ampas (bagasse)
32,0 persen, tetes 4,5 persen dan gula 7,05 persen serta abu 0,1 persen.
Material biomassa berupa lignoselulosa yang terdiri dari komponen-komponen
gula. Komponen gula ini berupa selulosa dan hemiselulosa yang dengan perlakuan
khusus dapat diubah menjadi gula fermentasi. Material berbasis lignoselulosa (lignocellulosic
material) memiliki substrat yang cukup kompleks karena didalamnya
terkandung lignin, polisakarida, zat ekstraktif, dan senyawa organik lainnya
(Yanni, 2010).
Natrium
silikat yang digunakan sebagai bahan
pelindung kayu dan batu berpori (porousstone) zat pengikat untuk
pigment, perekat stone ware, water proofing walls (dinding tahan
air), karton/kertas pembungkus yang dilapisi lemak/lilin, pelapis batang las,
bahan pengisi untuk sabun, sebagai katalis untuk gasolin dengan nilai oktan
tinggi dan akan diuji-coba sebagai bahan penghambat api. Silikat hidrat dari
alumina (aquagel) digunakan dengan cara yang sama untuk beton tahan air.
Semen tahan asam dibuat dari campuran bubuk semen dengan larutan natrium
silikat, selain itu dipakai untuk melapisi tanki-tanki bahan kimia (Zhang, Z. et al, 2011)
1.2 Rumusan
Masalah
Bagasse
merupakan limbah ampas tebu yang bernilai ekonomis tinggi namun pemanfaatannya
belum maksimal. Arang bagasse mengandung Silika (SiO2) 86,2 % yang
berpotensi untuk dijadikan bahan baku Natrium Silikat (Na2SiO3).
Dimana mampu menjadi alternative
pencegahan korosi pada baja.
1.3 Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan Natrium Silikat (Na2SiO3)
dengan kemampuan pencegah korosi pada baja. Hingga limbah ampas tebu (bagasse)
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku Natrium Silikat (Na2SiO3)
dengan peluang mendapatkan hak paten yang bermanfaat, meningkatkan produksi
Silika (SiO2) sebagai bahan baku Natrium Silikat (Na2SiO3)
yang berasal dari limbah ampas tebu (bagasse)
serta meningkatkan nilai ekonomis limbah bagasse.
1.4
Luaran
Luaran
dari penelitian ini adalah metode baru dengan peluang mendapatkan hak paten
yang digunakan dalam produksi Silika (SiO2) yang berasal dari selulosa ampas tebu (bagasse) yang berpotensi digunakan
sebagai bahan baku Natrium Silikat (Na2SiO3) menggunakan
NaOH. Luaran lain dari penelitian ini adalah karya ilmiah yang dapat digunakan
sebagai acuan pemanfaatan ampas tebu (bagasse)
sebagai bahan baku Natrium Silikat (Na2SiO3) dengan menggunakan palarut lainnya.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Korosi Logam Pada Baja
Korosi adalah masalah yang sangat serius
dilihat dari berbagai bidang misalnya keselamatan (Nizam, 2009). Pada baja
tulangan beton, korosi merupakan musuh yang utama karena korosi tidak dapat
dihindari, akan tetapi dapat di hambat laju pertumbuhannya, dampaknya mampu
mengurangi kekuatan baja tersebut. Pada baja tulangan beton biasanya korosi
terjadi akibat pengaruh dengan lingkungannya berada dan dari benton itu sendiri
akibat tidak standarnya bahan yang dipakai (Sudjono, 2005). Pada daerah yang
ekstrim yang bersifat korosif seperti daerah pesisir pantai, daerah bekas rawa,
daerah bekas tempat pembuangan sampah, daerah-daerah ini yang dapat mengurangi
kekuatan konstruksi beton akibat adanya serangan korosi terhadap baja tulangannya.
Dengan permasalahan yang seperti itulah perlu dilakukan pencegahan, ada
beberapa cara untuk mencegah terjadinya korosi pada sebuah logam antar lain
dengan menggunakan cara coating, cathodic protection, pemilihan
material yang sesuai dengan lingkungan dan menggunakan inhibitor. Sebagai contoh menghambat laju korosi
dengan menggunakan inhibitor dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan lumpur
lapindo sebagai bahan utama untuk membuat inhibitor Na2SiO3.
Dalam hal mensintesis lumpur lapindo ini, menggunakan metode yang telah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu mensintesis natrium silikat pada suhu
180ºC. Metode ini diklaim memiliki hasil sintesis natrium silikat yang paling
tinggi dibandingkan dengan metode lain yang telah dilakukan oleh penelitian
sebelumnya (Aditya, 2014).
2.2 Ampas Tebu (Baggase)
Sebagai Bahan Baku SiO2
Tebu
merupakan tanaman bahan baku pembuatan gula yang hanya dapat ditanam di daerah
beriklim tropis. Ampas tebu (sugarcane bagasse) pada umumnya digunakan
sebagai bahan bakar boiler untuk menghasilkan energy yang diperlukan
pada proses pembuatan gula sehingga pada prosesnya akan menghasilkan cukup
banyak ampas. Pada serat ampas tebu terdapat selulosa yang mengandung gugus
aktif karboksil dan lignin yang mengandung gugus fenolat. Menurut Husin (2007),
komposisi kimia limbah ampas tebu terdiri dari adanya selulosa (37,65%), lignin
(22,09%), pentosan (27,97%), SiO2 (3,01%), abu (3,82%), dan sari (1,81%).
Tabel 2. Perbandingan
unsur-unsur kimia dalam abu ampas tebu dengan bahan yang mengandung senyawa
silika&alumina (pozzolan) lainnya
(Haryono
& Sudjatmiko, 2011) dalam Puri (2012).
2.3 Natrium Silikat (Na2SiO3)
Natrium
silikat merupakan salah satu jenis mineral silikat yang memiliki manfaat yang
sangat luas dalam dunia industri. Dalam bahan detergen, natrium silikat
digunakan untuk menghilangkan kotoran. Natrium silikat juga dapat menguraikan
kadar lemak dan membuatnya larut dalam air. Selain itu, natrium silikat juga
membantu pembentukan lapisan pelindung pada bahan-bahan logam untuk menghambat
terjadinya korosi. Karena tingkat manfaatnya yang cukup tinggi, produksi
natrium silikat mencapai 4.000.000 ton per tahunnya dan dikomersialkan dalam
bentuk larutan maupun bentuk gelas kaca atau waterglass
(KEMI,
2008).
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan
Peralatan
yang digunakan antara lain : Pisau, Ember, Dandang, keranjang bahan, gelas
ukur, erlenmeyer, timbangan analitik, furnes dan oven, FTIR, XRD. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : Baggase (limbah tebu), Silika
(SiO2) dari hasil isolasi, NAOH, tissue, Baja, Semen, Aquades,
Alkohol 70 %.
3.2 Isolasi Silika Dari Ampas Tebu
Sampel limbah ampas tebu dicuci kemudian
dikeringkan dan diisolasi menggunakan larutan NaOH untuk menghasilkan silika
(SiO2), kemudian dicuci sampai pH 6-7 dan di oven sampai kering dan
difurnes dengan suhu 400ºC dengan
variasi waktu 3 jam,2 jam dan 1 jam.
3.3 Proses Pembuatan
Natrium Silikat (Na2SiO3)
Ditimbang 5 g Silika (SiO2)
dari hasil isolasi limbah ampas tebu (Baggase) dan ditambahkan larutan NaOH 20
ml dengan konsentrasi 2 M, 4 M, 6 M, 8 M, 10 M untuk menghasilkan Natrium
Silikat.
3.4 Preparasi
Sampel Uji
Sampel yang digunakan ialah baja dengan
diameter 10 mm. Pada proses preparasi sampel uji, terlebih dahulu mempersiapkan
bahan utamanya berupa pemotongan baja dengan panjang 100 mm sebanyak 8 buah dan
menyiapkan adukan semen, pasir dan kerikil sebagai agregratnya serta air
sebagai pelarutnya. Kemudian adonan beton di bedakan menjadi 3 jenis
diantaranya :
a. Tanpa Penambahan Natrium Silikat.
b. Penambahan Natrium Silikat sebanyak 6 ml.
c. Penambahan
Natrium Silikat sebanyak 12 ml.
Setelah preparasi sampel sudah siap, kemudian
baja di tanam sedalam 70 mm kedalam adonan semen dan dicetak dengan bentuk
silinder yang memiliki diameter 50 mm dan tinggi 100 mm kemudian sampel
dikeringkan selama 1 hari selanjutnya dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan hingga
20 hari. Selain itu, mempersiapkan larutan untuk perendamannya, ada 2 jenis
pengkondisian lingkungan yang pertama dengan larutan NaCl dan yang kedua dengan
menggunakan air laboratorium kimia FMIPA UNIB. Larutan garam dibuat dengan
melarutkan NaCl produksi PUSAT KUD BENGKULU ke dalam aquades. Larutan garam
dikondisikan sangat pekat yang bertujuan untuk mempercepat penetrasi larutan
terhadap baja dengan konsentrasi kandungan yaitu 14,5%.
No comments:
Post a Comment