pantai panjang

Keindahan Wisata Pantai Panjang Bengkulugarudabengkulu.wordpress.com Hasil gambar untuk pantai panjang   Pantai Panjang merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup populer di Bengkulu. Di pantai ini, Anda akan disajikan pemandangan pasir putih disertai dengan dentuman ombak yang sangat memukau.
Seperti nama yang tersemat di tempat wisata ini, Pantai panjang memang terbukti memiliki garis pantai yang sangat panjang. Tercatat garis pantainya mencapai lebih dari 7 kilometer. Sangat panjang bukan?
Pantai Panjang memiliki keindahan pasir putih yang sangat mengagumkan. Disepanjang pantai, Anda dapat melakukan berbagai macam kegiatan seperti bermain air, bermain pasir, maupun berjemur sambil menikmati kelapa muda yang banyak dijajakan di pinggiran pantai.

Pantai Panjang biasanya juga dimanfaatkan oleh wisatawan dan masyarakat sekitar untuk melakukan berbagai macam kegiatan olah raga seperti voly pantai, jogging, ataupun berselancar. Di pagi dan sore hari biasanya pantai akan didominasi oleh masyarakat yang sedang melakukan jogging di pinggiran pantai.
Ombak di Pantai Panjang yang terbilang cukup jinak juga banyak dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk berselancar ria. Ombak yang cukup besar namun tidak terlalu tinggi terbilang cukup aman untuk dijadikan wahana bermain papan selancar.
Di sore hari, Anda dapat menikmati keindahan sunset di sepanjang pantai ini. Jika cuaca sedang cerah di waktu Matahari tenggelam biasanya langit akan berwarna jingga kemerahan.

Lokasi Objek Wisata Pantai Panjang

Lokasi Pantai Panjang berada tidak jauh dari pusat Kota Bengkulu. Jarak antara pantai ini dengan pusat Kota Bengkulu hanya sekitar 3 kilo meter. Untuk menempuhnya Anda hanya membutuhkan tidak lebih dari 15 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.
Untuk berada di lokasi Pantai Panjang, Anda dapat menggunakan berbagai macam fasilitas transportasi yang tersedia di pusat Kota Bengkulu. Ada banyak sekali fasilitas transportasi yang dapat dimanfaatkan dari mulai transportasi umum, hingga kendaraan sewaan, semuanya dapat Anda menfaatkan tergantung dengan kemampuan finansial Anda.
Lokasitempat wisata di bengkulu ini terbilang sangat strategis. Jaraknya yang sangat dekat dengan pusat Kota Bengkulu membuatnya menjadi salah satu destinasi wisata paling pavorit bagi para pelancong yang mengunjungi Kota Bengkulu.
Akomodasi dan Fasilitas
Untuk masalah Akomodasi dan Fasilitas yang ada di pantai ini dapat dikatakan sangat lengkap. Ada banyak sekali fasilitas yang tersedia di sekitaran Pantai Panjang Bengkulu ini. Dari mulai akomodasi penginapan hingga fasilitas pusat perbelanjaan oleh-oleh semuanya tersedia di lokasi pantai ini.
Di sepanjang pinggiran pantai, Anda dapat menemukan berbagai macam fasilitas penginapan dari mulai hotel mewah hingga penginapan murah meriah. Anda dapat memilih fasilitas yang paling cocok dengan kebutuhan dan kemampuan finansial Anda. Harga yang ditetapkan untuk penginapan satu malam biasanya berkisar antara 75 ribu hingga 500 ribu rupiah per kamarnya.
Untuk Anda yang berwisata bersama keluarga, Anda dapat membawa anak dan keluarga Anda untuk bermain di wahana permainan yang ada di dekat pantai ini. Ada banyak sekali wahana permainan menarik yang dapat Anda nikmati bersama dengan keluarga Anda. Di wahana ini, Anda dan keuarga dapat bermain air sepuasnya tanpa perlu takut bahaya terseret ombak pantai.
Tidak hanya fasilitas penginapan dan wahana permainan, di Pantai Panjang Bengkulu, Anda juga dapat membeli berbagai macam oleh – oleh khas Kota Bengkulu di pusat perbelanjaan oleh-oleh yang ada di sekitar lokasi pantai. Ada banyak pedagang yang menjajakan barang dagangan mereka dengan harga yang tergolong cukup murah dan ramah kantong.

Kabupaten Kaur

WILAYAH

Secara geografis Kabupaten Kaur  terletak di sebelah barat Pegunungan Bukit Barisan, termasuk dalam wilayah administrasi paling selatan Provinsi Bengkulu, Indonesia. Berjarak sekitar 250 km dari ibukota Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Provinsi Lampung ke arah utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 dan surat Mendagri No. 136/205/PUM tanggal 12 September 2005, luas wilayah daratan Kabupaten Kaur mencapai 2.365 km2 atau 236.500 Ha, panjang garis pantai 89,17 km dan luas kawasan laut sejauh 4 mil dari garis pantai seluas 660,59 km2.
Secara astronomis Kabupaten Kaur terletak pada posisi 4015’ 8,21” – 4055’ 27,77” Lintang Selatan (LS) dan 10304’ 8,76” –103046’ 50,12” Bujur Timur (BT). Kondisi astronomis ini memberikan gambaran bahwa Kabupaten Kaur beriklim tropis atau Iklim A karena terletak antara 00 – 23½0 LS.
Kabupaten Kaur sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Bengkulu Selatan. Kemudian, Kaur dimekarkan menjadi sebuah kabupaten yang otonom. Sejak berdirinya, Kabupaten Kaur telah terjadi perkembangan yang cukup signifikan dalam bidang pemerintahan, dimana  pada awalnya terdiri dari 3 (tiga) kecamatan dimekarkan menjadi 15 kecamatan yang terdiri dari 192 desa dan 3 kelurahan.
Jumlah wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebanyak 25 orang, dengan 23 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Jumlah pegawai negeri sipil dari 46 dinas/instansi sebanyak 3.453 orang yang terdiri dari 1.938 pria dan 1.515 wanita. Mayoritas pendidikan tertinggi adalah sarjana/master/doktor. Serta golongan mayoritasnya adalah golongan III.


VISI

“ MEWUJUDKAN   KABUPATEN   KAUR   YANG   RELIGIUS,   MAJU, SEJAHTERA,   DAN   MANDIRI   DI   ATAS   LANDASAN   AGRIBISNIS   DAN EKONOMI RAKYAT”

MISI

  1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

  2. Meningkatkan Pelaksanaan Fungsi-fungsi Pemerintah

  3. Meningkatkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam

  4. Meningkatkan Penerimaan/Pendapatan Asli Daerah (PAD)

     

    informasi lebih lanjut baca di : ttps://www.kaurkab.go.id/

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI ‘’SEL MAKHLUK HIDUP’’

LAPORANPRAKTIKUM BIOLOGI


 
NAMA                            :  febri delise
NPM                                 :  f1b015024
PRODI                            :  febri delise
HARI / JAM                    :  SELASA / 12.00- 13.40 WI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup, baik secara struktural dan fungsional. Sel merupakan satuan dasar yang menyusun organisme. Pada tahun 1665 seorang ilmuwan asal Inggris yang bernama Robert Hooke mengamati sayatan sel gabus botol mikroskop yang amat sederhana yang terlihat olehnya adalah struktur dari ruang kecil , dimana dinamakan sel. Nehemiah grew menuliskan deskripsi pertamanya tentang jaringan tumbuhan pada tahun 1671. Pada tahun 1980, Heinstein menggunakan istilah protoplas bagi satuan protoplasma dalam sel (Gabriel 1988 ; 19).
Pada tahun 1381 Robert Hooke menemukan semacam benda bulat didalam sel epidermis tanaman anggrek yang kemudian disebut inti sel (nukleus). Pada tahun 1846 Hugo Van Mohl membedakan antara protoplasma dan cairan sel kemudian pada tahun 1862 koliker memperkenalkan istilah protoplasma (Soenarto 1992 ; 12).
Jika kita mengamati suatu organisme yang agak besar dan agak mudah untuk dilihat maka kita didak akan mengalami kesulitan untuk mengenali bagian-bagiannya. Pada tahun 1543 seorang ahli anatomi yang bernama Adreas Vesalius menerbitkan karyanya yang sangat penting yaitu buku tentang struktur tubuh manusia. Pada abad ke-17 Antonion Van Leeuwenhoek bukanlah satu-satunya penyelidik yang menggunakan mikroskop tetapi lensa-lensa yang dibuat oleh Van Leewenhoek memang yang terbaik, kira-kira 15 tahun sebelum Van Leewanhoek mengirim surat petama pada Royal Society of London, seorang Otali yang bernam Marcello Malphigi, telah melihat pembuluh-pembuluh darah yang kecil dan berdinding tipis yang dinamakan pembuluh kapiler (Johnson 1985 ; 39).
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel, penemu pertama adalah Robert Hooke, ia menentukan sel gabus yang tidak mempunyai membrane atau tidak mempunyai protoplasma (sel mati). Sel terdiri dari sel tumbuhan dan sel hewan. Penemu sel tumbuhan adalah Sc Sel yang terdapat pada tumbuhan berbeda dengan  sel yang terdapat pada hewan, salah satu perbedaan khas yang dimiliki sel tumbuhan dibandingkan sel hewan adalah adanya dinding sel pada sel tumbuhan yang mengandung bahan selulosa.
Dinding sel ini berfungsi untuk melindungi isi sel dan memberi bentuk pada sel. Apabila dalam sel terdapat protoplasma, maka sel itu dikatakan hidup karenma pada protoplasma sel tumbuhan terdapat plasma sel, inti sel, butir-butir plastida dan mitokondria (Gabriel 1988 ; 44).
Karena itu agar fungsi-fungsi kehidupan dapat berjalan dengan baik, maka masing-masing kelompok sel akan saling bekerjasama. Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan berbeda namun terdapat beberapa persamaan-persamaan dasar seperti sifat, bentuk dan fungsi dari bangian-bangian selnya. S ehingga dalam pembahasan bangian-bangian sel, keduanya dijadikan satu.
B.Tujuan
v  Mengetahui  struktur sel tmbuhan dan sel hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu perbedaan yang khas antara sel tumbuhan dengan sel hewan adalah pada sel tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Ada yang berbentuk peluru, prisma, dan memanjang seperti rambut atau seperti ular. Sel tumbuhan mempunyai dua bagian pokok yang berbeda dari hewan yaitu vakuola, plastida dan dinding sel. Vakuola dan plastida merupakan bagian hidup dart sel tumbuhan dan disebut protoplas. Sedangkan dinding sel yang berfungsi untuk melindungi isi sel/lumen yang ada di protoplasma disebut bagian sel yang mati. Hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel mati karena hanya memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya kosong.
Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan berbeda namun terdapat persamaan-persamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk, dan fungsi dari bagian sel tersebut. Secara umum bagian-bagian sel tersebut adalah membran sel, sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, plastida, kloroplast, sentrosom, ribosom, vakuola, inti sel, membran inti, mikrofilamen, dan dinding sel. Sel tumbuhan secara umum memiliki dinding sel, plastid, tidak memiliki lisosom, tidak memiliki sentriol, vakuola pada sel muda lebih kecil dan banyak tidak memiliki flagellate, memiliki membrane sel serta terdapat sel plasmodesmata. (Winarto 1981 ; 22).
Pada tumbuhan istilah sel meiliputi protoplasma dan dinding sel yang ada scdangkan pada organism multi sel yang ada membentuk struktur kompleks yaitu jaringan dan organ. Sel pada organisme multi sel tidak sama satu dengan lainnya tetapi masing-masing mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Pada awalnya struktur dinding sel yang ada pada tumbuhan dianggap sebagai sel mati hasil ekskresi zat hidup dalam sel akan  tetapi baru-baru ini makin banyak ditemui bukti bahwa ada satuan organik yang ada diantara protoplas dan dinding, khususnya pada sel muda (Saktiono 1989 ; 31).
Bentuk sel gabus heksagonal,tersusun rapat antara satu dan lainnya. Adapun jaringan-jaringan yang terdapat pada sel tumbuhan yaitu Jaringan parenkim dan kolenkim, parenkim atau jaringan dasar fungsinya memperkuat kedudukan jaringan-jaringan lain. Jaringan ini terdapat di seluruh tumbuhan. Sklerenkim, merupakan kumpulan dari sel-sel. Jaringan meristem, yaitu sekelompok sel-sel yang aktif membelah dan memperbanyak diri. Jaringan pengangkut berfugsi untuk mengantarkan dan menyebarkan suatu zat makanan yang diperlukan sel tubuh (Winarto 1981 ; 41).
BAB III
METODOLOGI
A.    Alat dan Bahan
v  Mikroskop                                                            
v  Gelas benda (gelas obyek, obyek glass)
v  Gelas penutup
v  Silet
v  Kapas
v  Gelas Piala
v  Pinset
v  Akohol 70%
v  Larutan Janus green
v  Gabus ubi
v  Bawang merah
v  Tusuk gigi tumpul
v  Metilen biru
v  Hydrilae
v  Sel epitel rongga mulut
v  Kertas saring
v  Pipet tetes
B.     Pelaksanaan
1.      Sel gabus empulur batang singkong
1.             Buat irisan melintang dan membujur gabus ubi setipis mungkin.
2.             Letakkan di atas gelas benda yang telah ditetesi air, kemudian tutup dengan gelas penutup.
3.             Amati dengan mikroskop, dimulai dengan perbesara lemah (10x10) dan dilanjutkan dengan perbesaran kuat.
4.             Untuk lebih jelas tetesi dengan metilen biru pada salah satu ujung gelas penutup. pada ujung yang lain diletakkan kertas saring sehingga kelebihan air  dapat dihisap.
5.             Amati dan gambar yang saudara amati. Hasil gambar disesuaikan dengan pengamatan. Sebutkan bangiang-bangiannya.
2.      Sel epidermis umbi lapis bawang merah.
*      Kelupaskan epidermis salah satu lapisan umbi bawang merah dengan pinset.
*      Letakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air.Tutup dengan gelas penutup.
*      Amati dengan mikroskop, kemudian tetesi dengan metilen biru.
*      Gambar dan beri keterangan.
3.      Sel daun Hidrilla verticillata
*      Ambil 2 atau 3 daun Hidrilla verticillata. Dan letakkan pada gelas objek dan tetesi dengan air. Kemudian tutup dengan gelas penutup.
*      Amati dengan mikroskop dan perhatikan aliran sitoplasma pada setiap sel.
*      Gambar 2 atau 3 sel beri keterngan bangian-bangian sel yang tampak. Nyatakan aliran sitoplasma dengan tanda panah.
4.      Sel epitel rongga mulut
*      Bersihkan tangkai scalpel atau tusuk gigi dengan alcohol 70%.
*      Koreklah permukaan dalam pipi anda dengan  scalpel atau dengan tusuk gigi.
*      Oleskan korekan tadi pada gelas objek, kemudian tetesi dengan B atau dengan aquadest, kemudian tutup dengan gelas penutup.
*      Amati di bawah mikroskop, mulai dengan perbesaran lemah.
*      Dengan perbesaran kuat (400x), gambarkan 2 atau 3 sel dan beri keterangan pada bagian-bagiannya.
5. Sel Kerokan epidermis kulit katak
*      Letakkan kerokan kulit katak di atas gelas objek yang sudah di tetesi air.
*      Tambahkan 1 tetes garam fisiologis dan 1 tetes metal biru, tutup dengan gelas penutup.
*      Amati dengan mikroskop, gambar 2 atau 3 sel dan beri keterngan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.                 Hasil Pengamatan
Dari Hasil Praktikum dan pengamatan yang mengenai mengenai bagian-bagian sel penyusun jaringan pada hewan dan tumbuhan. Adapun bagiann- bagian sel dari kegitan paraktikum ini adalah:
Ø  Pengamatan pada sel gabus batang singkong
Terdiri dari Ruang sel dan Dinding sel
Ø  Pengamatan Pada Sel epidermis umbi lapis Bawang merah (Allium cepa)
Terdiri dari Dinding sel, Protoplasma, Nukleus dan Ruang antar sel
Ø  Pengamatan Pada Sel Daun Hydrilla verticillata
Terdiri dari Intisel, Dinding sel dan  Sitoplasma
Ø  Taksonomi dari Bawang Merah (Allium cepa)
Kingdom         : Plantae
Subkingdom    : Tracheobionta
Super divisi     : Spermatophyta
Divisi               :Magnoliophyta
Class                : Liliopsida
Sub class         : Lilidae
Ordo                : Liliales
Famili              : Liliaceae
Genus              : Allium
Species            : Allium cepa
Ø  Taksonomi dari Hydrilla verticilata
Kingdom         : Plantae
Ordo                : Alismatales
Family             : Hydrocharitaceae
Genus              : Hydrilla
Species            : Hydrilla verticilata
4.2  Pembahasan
Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup, baik secara struktural dan fungsional. Sel merupakan satuan dasar yang menyusun organisme. Perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan dapat kita lihat dari organel-organel yang dimiliki oleh masing-masing sel hewan dan sel tumbuhan (Winarto 1981 ; 41).
Sel bawang merah (Allium cepa) berbentuk heksagonal, di dalamnya terdapat protoplasma sehingga sel bawang merah dinyatakan hidup dengan warna merah muda. Perbesaran yang dilakukan sebesar 10 x dengan menggunakan mikroskop listrik (Saktiono 1989 ; 31).
Daun Hydrilla verticillata adalah tumbuhan air yang memiliki klorofil, sehingga terlihat berwarna hijau, selnya berbentuk heksagonal panjang seperti  susunan bata, di dalamnya terdapat bintik-bintik berwarna hijau yang disebut kloroplas (Saktiono 1989 ; 31).
BAB VI
KESIMPULAN
Ø  Sel dikatakan mati apabila sudah tidak mempunyai inti sel dan sitoplasma (kosong). Contohnya sel gabus pada penampang melintang ubi kayu.
Ø   Sel – sel yang hidup pada umumnya mempunyai dinding sel, inti  sel / nukleus, di dalam sel terdapat organel-orgenel/ruang selnya tidak kosong, serta protoplasma.
Ø   Pada sel tumbuhan :
-          Memiliki membran sel yang terletak di bagian dalam dinding sel
-          Pada sel tumbuhan sitoplasma tidak mengandung sentriol dan sentroso
-          Sel tumbuhan memiliki kloroplas yang mengandung pigmen hijau daun yaitu klorofil, yang memberi warna hijau pada tumbuhan dan sangat penting dalam peristiwa fotosíntesis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.http://andiicha05.blogspot.com/2011/10/contoh-laporan-penelitian-tentang-sel.htm. Di unduh Tanggal 15 Oktober 2013 Pukul 14.00 WIB
Anonim.2013.http://anzzz27.wordpress.com/2011/04/20/laporan-praktikum-tentang-sel/. Di unduh Tanggal 15 Oktober 2013 Pukul 14.12 WIB
Azidin, 1986. Ringkasan Biologi. Ganeca Exact; Bandung.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan; Jakarta.
Gabriel, F. J.1986. Fisika Kedokteran. EGC; Jakarta
Gabriel, J.F. 1988. Fisika Kedokteran. Departemen Fisika. Universitas Udayana; Denpasar Bali.
Johnson, 1985. Anatomi Tumbuhan. Universitas Gajah Mada; Yokyakarta.
Saktiono. 1989. Biologi Umum. Gramedia; Jakarta.
Subowo, 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara; Jakarta.
Syamsuri, 1997. Biologi Umum. Erlangga; Jakarta.
Syamsuri., I.  2000.  Biologi 2000.  Erlangga;  Jakarta.
Winarto, L.M. 1981. Penuntun Pelajaran Biologi.  Ganeca Exack; Bandung.

contoh pkm penelitian BAB 1 sd 3

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bagasse atau limbah ampas tebu merupakan limbah padat sisa penggilingan batang tebu (Sacharum officinarum). Sebagian besar bagasse dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, namun selalu ada sisa bagasse yang tidak termanfaatkan yang disebabkan oleh stok bagasse yang melebihi kebutuhan pembakaran oleh boiler pabrik. Bagasse tebu saat ini belum banyak dimanfaatkan. Potensi bagasse di Indonesia menurut Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) tahun 2008 cukup besar dengan komposisi rata-rata hasil samping industri gula di Indonesia terdiri dari limbah cair 52,9 persen, blotong 3,5 persen, ampas (bagasse) 32,0 persen, tetes 4,5 persen dan gula 7,05 persen serta abu 0,1 persen. Material biomassa berupa lignoselulosa yang terdiri dari komponen-komponen gula. Komponen gula ini berupa selulosa dan hemiselulosa yang dengan perlakuan khusus dapat diubah menjadi gula fermentasi. Material berbasis lignoselulosa (lignocellulosic material) memiliki substrat yang cukup kompleks karena didalamnya terkandung lignin, polisakarida, zat ekstraktif, dan senyawa organik lainnya (Yanni, 2010).
Natrium silikat  yang digunakan sebagai bahan pelindung kayu dan batu berpori (porousstone) zat pengikat untuk pigment, perekat stone ware, water proofing walls (dinding tahan air), karton/kertas pembungkus yang dilapisi lemak/lilin, pelapis batang las, bahan pengisi untuk sabun, sebagai katalis untuk gasolin dengan nilai oktan tinggi dan akan diuji-coba sebagai bahan penghambat api. Silikat hidrat dari alumina (aquagel) digunakan dengan cara yang sama untuk beton tahan air. Semen tahan asam dibuat dari campuran bubuk semen dengan larutan natrium silikat, selain itu dipakai untuk melapisi tanki-tanki bahan kimia (Zhang, Z. et al, 2011)
 
1.2  Rumusan Masalah
Bagasse merupakan limbah ampas tebu yang bernilai ekonomis tinggi namun pemanfaatannya belum maksimal. Arang bagasse mengandung Silika (SiO2) 86,2 % yang berpotensi untuk dijadikan bahan baku Natrium Silikat (Na2SiO3). Dimana mampu menjadi alternative pencegahan korosi pada baja.
1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan Natrium Silikat (Na2SiO3) dengan kemampuan pencegah korosi pada baja. Hingga limbah ampas tebu (bagasse) dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku Natrium Silikat (Na2SiO3) dengan peluang mendapatkan hak paten yang bermanfaat, meningkatkan produksi Silika (SiO2) sebagai bahan baku Natrium Silikat (Na2SiO3) yang berasal dari limbah ampas tebu (bagasse) serta meningkatkan nilai ekonomis limbah bagasse.
1.4  Luaran
Luaran dari penelitian ini adalah metode baru dengan peluang mendapatkan hak paten yang digunakan dalam produksi Silika (SiO2)  yang berasal dari selulosa ampas tebu (bagasse) yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku Natrium Silikat (Na2SiO3) menggunakan NaOH. Luaran lain dari penelitian ini adalah karya ilmiah yang dapat digunakan sebagai acuan pemanfaatan ampas tebu (bagasse) sebagai bahan baku Natrium Silikat (Na2SiO3)  dengan menggunakan palarut lainnya.


















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korosi Logam Pada Baja
Korosi adalah masalah yang sangat serius dilihat dari berbagai bidang misalnya keselamatan (Nizam, 2009). Pada baja tulangan beton, korosi merupakan musuh yang utama karena korosi tidak dapat dihindari, akan tetapi dapat di hambat laju pertumbuhannya, dampaknya mampu mengurangi kekuatan baja tersebut. Pada baja tulangan beton biasanya korosi terjadi akibat pengaruh dengan lingkungannya berada dan dari benton itu sendiri akibat tidak standarnya bahan yang dipakai (Sudjono, 2005). Pada daerah yang ekstrim yang bersifat korosif seperti daerah pesisir pantai, daerah bekas rawa, daerah bekas tempat pembuangan sampah, daerah-daerah ini yang dapat mengurangi kekuatan konstruksi beton akibat adanya serangan korosi terhadap baja tulangannya. Dengan permasalahan yang seperti itulah perlu dilakukan pencegahan, ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya korosi pada sebuah logam antar lain dengan menggunakan cara coating, cathodic protection, pemilihan material yang sesuai dengan lingkungan dan menggunakan inhibitor.  Sebagai contoh menghambat laju korosi dengan menggunakan inhibitor dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan lumpur lapindo sebagai bahan utama untuk membuat inhibitor Na2SiO3. Dalam hal mensintesis lumpur lapindo ini, menggunakan metode yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu mensintesis natrium silikat pada suhu 180ºC. Metode ini diklaim memiliki hasil sintesis natrium silikat yang paling tinggi dibandingkan dengan metode lain yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya (Aditya, 2014).
2.2 Ampas Tebu (Baggase) Sebagai Bahan Baku SiO2
Tebu merupakan tanaman bahan baku pembuatan gula yang hanya dapat ditanam di daerah beriklim tropis. Ampas tebu (sugarcane bagasse) pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar boiler untuk menghasilkan energy yang diperlukan pada proses pembuatan gula sehingga pada prosesnya akan menghasilkan cukup banyak ampas. Pada serat ampas tebu terdapat selulosa yang mengandung gugus aktif karboksil dan lignin yang mengandung gugus fenolat. Menurut Husin (2007), komposisi kimia limbah ampas tebu terdiri dari adanya selulosa (37,65%), lignin (22,09%), pentosan (27,97%), SiO2 (3,01%), abu (3,82%), dan sari (1,81%).



Tabel 2. Perbandingan unsur-unsur kimia dalam abu ampas tebu dengan bahan yang mengandung senyawa silika&alumina (pozzolan) lainnya

 







(Haryono & Sudjatmiko, 2011) dalam Puri (2012).
2.3 Natrium Silikat (Na2SiO3)
Natrium silikat merupakan salah satu jenis mineral silikat yang memiliki manfaat yang sangat luas dalam dunia industri. Dalam bahan detergen, natrium silikat digunakan untuk menghilangkan kotoran. Natrium silikat juga dapat menguraikan kadar lemak dan membuatnya larut dalam air. Selain itu, natrium silikat juga membantu pembentukan lapisan pelindung pada bahan-bahan logam untuk menghambat terjadinya korosi. Karena tingkat manfaatnya yang cukup tinggi, produksi natrium silikat mencapai 4.000.000 ton per tahunnya dan dikomersialkan dalam bentuk larutan maupun bentuk gelas kaca atau waterglass
(KEMI,  2008).


BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan
Peralatan yang digunakan antara lain : Pisau, Ember, Dandang, keranjang bahan, gelas ukur, erlenmeyer, timbangan analitik, furnes dan oven, FTIR, XRD. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Baggase (limbah tebu), Silika (SiO2) dari hasil isolasi, NAOH, tissue, Baja, Semen, Aquades, Alkohol 70 %.
3.2 Isolasi Silika Dari Ampas Tebu
Sampel limbah ampas tebu dicuci kemudian dikeringkan dan diisolasi menggunakan larutan NaOH untuk menghasilkan silika (SiO2), kemudian dicuci sampai pH 6-7 dan di oven sampai kering dan difurnes dengan suhu  400ºC dengan variasi waktu 3 jam,2 jam dan 1 jam.
3.3 Proses Pembuatan Natrium Silikat (Na2SiO3)
Ditimbang 5 g Silika (SiO2) dari hasil isolasi limbah ampas tebu (Baggase) dan ditambahkan larutan NaOH 20 ml dengan konsentrasi 2 M, 4 M, 6 M, 8 M, 10 M untuk menghasilkan Natrium Silikat.
3.4  Preparasi Sampel Uji
Sampel yang digunakan ialah baja dengan diameter 10 mm. Pada proses preparasi sampel uji, terlebih dahulu mempersiapkan bahan utamanya berupa pemotongan baja dengan panjang 100 mm sebanyak 8 buah dan menyiapkan adukan semen, pasir dan kerikil sebagai agregratnya serta air sebagai pelarutnya. Kemudian adonan beton di bedakan menjadi 3 jenis diantaranya :
a. Tanpa Penambahan Natrium Silikat.
b. Penambahan Natrium Silikat sebanyak 6 ml.
c. Penambahan Natrium Silikat sebanyak 12 ml.
Setelah preparasi sampel sudah siap, kemudian baja di tanam sedalam 70 mm kedalam adonan semen dan dicetak dengan bentuk silinder yang memiliki diameter 50 mm dan tinggi 100 mm kemudian sampel dikeringkan selama 1 hari selanjutnya dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan hingga 20 hari. Selain itu, mempersiapkan larutan untuk perendamannya, ada 2 jenis pengkondisian lingkungan yang pertama dengan larutan NaCl dan yang kedua dengan menggunakan air laboratorium kimia FMIPA UNIB. Larutan garam dibuat dengan melarutkan NaCl produksi PUSAT KUD BENGKULU ke dalam aquades. Larutan garam dikondisikan sangat pekat yang bertujuan untuk mempercepat penetrasi larutan terhadap baja dengan konsentrasi kandungan yaitu 14,5%.
























Biawak_The green UNIB